BREBES, JAWA TENGAH || LINGKARAKTUAL.COM || – Ratusan warga Dukuh (DK) Kali Kidang, Desa Pandansari, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes, meluapkan kekecewaan terhadap kondisi jalan kabupaten yang rusak parah dengan cara unik. Mereka menanam pohon pisang di sepanjang jalur rusak yang dikenal warga sebagai “jalan bodol”, pada Jumat (26/9/2025).
Aksi ini menjadi simbol protes warga karena jalan yang menjadi akses utama masyarakat, pedagang, dan pelajar tersebut sudah lama dibiarkan tanpa perbaikan. Permukaan jalan kini dipenuhi lubang besar dan bebatuan yang membahayakan pengendara.

Tokoh masyarakat setempat, Paiman, mengungkapkan kekecewaannya.
“Setiap hari jalan ini dilewati pedagang dan anak-anak sekolah. Sudah lama rusak, tapi belum juga diperbaiki. Kami menanam pohon pisang agar pemerintah sadar betapa parahnya kondisi jalan ini,” ujarnya.
Koordinator aksi, Margi Listiono, juga menyampaikan keluhannya.
“Jalan ini sudah bertahun-tahun dibiarkan rusak. Batu-batu berserakan, kendaraan sering tergelincir. Kami hanya ingin ada perhatian dari pemerintah,” tegasnya.
Ketua pemuda setempat, Ade, berharap pemerintah segera turun tangan dan memperbaiki jalan demi keselamatan pengguna.
“Kami pemuda siap membantu gotong royong, tapi kami butuh dukungan material dan alat yang layak. Jalan ini sudah tidak aman untuk dilalui,” ujarnya.
Keluhan serupa disampaikan Ningsih, atau akrab disapa Jono, seorang pedagang warung makan sekaligus penyedia layanan COD. Ia mengaku sering mengalami kesulitan saat melintas di jalur tersebut.
“Jalan rusak bikin perjalanan lambat. Sabtu (27/9/2025) Hari ini saya sampai jatuh saat hendak mengantarkan pesanan. Mungkin orang lain juga pernah mengalami hal yang sama. Kami cuma ingin jalan yang layak,” ungkapnya.
Warga berharap aksi penanaman pohon pisang ini dapat mengetuk hati pemerintah daerah agar segera memperbaiki jalan yang rusak. Menurut mereka, kondisi tersebut bukan hanya menghambat aktivitas perekonomian warga, tetapi juga mengancam keselamatan pengguna jalan, terutama para pelajar yang setiap hari melintasinya.
(Heru Mustofa)











