DKI JAKARTA || LINGKARAKTUAL.COM || – 29 Agustus 2025 – Gelombang amarah meluap deras dari ribuan pengemudi ojek online (ojol) di seluruh Indonesia, setelah beredar kabar memilukan mengenai tindakan brutal aparat kepolisian dalam mengamankan aksi demonstrasi. Seorang driver ojol menjadi korban, digilas kendaraan taktis Brimob hingga terkapar tak berdaya di tengah jalan.
Kejadian ini seketika menyulut api kemarahan. Bagi para ojol, insiden ini bukan sekadar kecelakaan atau salah prosedur, melainkan bentuk nyata arogansi kekuasaan yang memperlakukan rakyat kecil seolah tidak bernilai nyawa.
Di berbagai komunitas ojol, tangisan bercampur teriakan marah memenuhi ruang-ruang diskusi. “Kami bekerja untuk keluarga, untuk anak-anak kami bisa sekolah, untuk menghidupi orang tua kami yang sudah renta. Tapi kenapa kami diperlakukan seperti binatang di jalanan?” seru salah satu pengemudi ojol dengan suara bergetar menahan emosi.
Kecaman Keras dari Perkumpulan Ojol Indonesia
Perkumpulan Ojol Indonesia (POI) langsung mengeluarkan pernyataan tegas. Dalam pernyataan tersebut, mereka mengecam keras tindakan brutal aparat yang semestinya melindungi masyarakat, bukan justru melukai dan menindasnya.
“Ini bukan hanya tindakan berlebihan. Ini adalah pelanggaran kemanusiaan! Kami menuntut keadilan bagi saudara kami yang digilas, kami menuntut agar aparat bertanggung jawab di depan hukum. Jangan biarkan darah rakyat kecil ini mengering tanpa keadilan!” tulis pernyataan resmi POI.
Rasa Takut Berubah Jadi Amarah
Banyak ojol mengaku kini mereka bukan hanya takut kehilangan orderan, melainkan juga takut pulang tak bernyawa. “Hari ini yang digilas adalah dia, besok bisa jadi saya, bisa jadi teman saya, bisa jadi siapa pun dari kami. Kami bukan kriminal, kami hanya mencari rezeki halal. Tapi kenapa aparat memperlakukan kami seperti musuh negara?” kata seorang pengemudi ojol yang ikut aksi solidaritas.
Rasa takut itu kini berubah menjadi amarah. Amarah yang membara, bukan hanya pada perlakuan aparat, tetapi juga pada sistem yang dianggap kerap membungkam suara rakyat.
Gelombang Solidaritas
Di media sosial, hastag #KeadilanUntukOjol menggema. Ribuan netizen menumpahkan rasa marah, sedih, dan solidaritas mereka. Banyak yang mengunggah foto, doa, hingga karangan bunga virtual sebagai bentuk dukungan.
“Aparat punya senjata, rakyat hanya punya suara. Kalau suara pun dibungkam dengan kekerasan, maka di mana lagi kami bisa mencari keadilan?” tulis seorang pengguna Twitter dengan nada getir.
Seruan Keadilan
Kejadian ini menjadi catatan kelam penanganan aksi oleh aparat keamanan. Wajah seorang ojol yang terkapar di jalanan menjadi simbol perlawanan rakyat kecil yang sering diabaikan.
Kini, bola ada di tangan pemerintah dan kepolisian: apakah akan menutup mata terhadap luka rakyat, ataukah akan berani menegakkan keadilan meski harus mengorbankan oknum di internal mereka sendiri.
Yang jelas, jeritan para ojol kini bergema:
“Kami bukan musuh negara, kami tulang punggung keluarga. Hentikan kekerasan! Tegakkan keadilan!”
Red.( Erick Rahman Kalauw )