Beranda Artikel Kisah Tentang Pertemuan 2 Sahabat Kapitan (Panglima) Perang Makassar-Sulawesi, Arung Palakka dan...

Kisah Tentang Pertemuan 2 Sahabat Kapitan (Panglima) Perang Makassar-Sulawesi, Arung Palakka dan Kapiten Jongker

CERITA SEJARAH || LINGKARAKTUAL.COM || – Pertemuan 2 sahabat kapitan (panglima) perang
Makassar -sulawesi Kisah persahabatan Arung Palakka dan Kapiten Jongker adalah salah satu bagian menarik dari sejarah konflik antara Kerajaan Gowa dan VOC di abad ke-17.

Keduanya berasal dari latar belakang yang berbeda—Arung Palakka seorang bangsawan Bugis Bone, sementara Kapiten Jongker adalah perwira Ambon yang memimpin pasukan pribumi di bawah Belanda (VOC). Namun, dalam upaya menaklukkan Makassar, mereka menjadi sekutu dan sahabat seperjuangan, yang memiliki tujuan bersama.

🛡️ Awal Pertemuan :
Arung Palakka mengalami masa pahit bersama keluarganya sebagai tawanan Kerajaan Gowa setelah kekalahan Bone. Ia kemudian melarikan diri dan bergabung dengan VOC di Batavia. Di sana, ia mulai membangun kekuatan bersama VOC untuk merebut kembali kedaulatan Bugis Bone dan membalas dendam terhadap Kerajaan Gowa.

Walaupun sebenarnya Arung Palakka selama menjadi tawanan, diperlakukan dengan baik oleh pihak istana Gowa-Tallo diajar dan dibekali ilmu pengetahuan bersama Sultan Hasanuddin oleh Karaeng Pattingalloang, raja Tallo filsuf dan cendekiawan Makassar yang dikenal dunia saat itu.
Kapiten Jongker di sisi lain, sudah lebih dulu menjadi perwira kepercayaan VOC. Ia memimpin pasukan Ambon yang terkenal ganas, terlatih dan sangat setia pada Belanda. Ketika VOC memutuskan untuk menaklukkan Gowa, Kapiten Jongker ditugaskan sebagai salah satu komandan utama.

Berita Lainnya  Desa Galuga Kabupaten Bogor, Keindahan Alam yang Menakjubkan di Kabupaten Bogor, Aliran Sungai yang Indah Membuat Mata Terpesona

Saat itulah Arung Palakka dan Kapiten Jongker bertemu dalam satu komando perang. Sebelum keduanya melakukan penyerangan ke Makassar bersama VOC, Arung Palakka di uji kesetiaan dan kehebatannya dulu oleh VOC, sehingga keduanya dikirim ke Sumatra dulu untuk membantu VOC dalam menaklukkan kerajaan Pariaman dan pulang dengan kemenangan gemilang, sehingga VOC semakin takjub akan kedua pemimpin pasukan aliansinya.

⚔️ Persahabatan di Medan Perang :
1. Kesamaan Tujuan
Arung Palakka ingin mengalahkan Gowa demi membebaskan Bone.
Kapiten Jongker menjalankan tugas VOC, menundukkan kerajaan yang menentang monopoli dagang Belanda.
Meski berbeda latar belakang, keduanya melihat satu musuh bersama yaitu Sultan Hasanuddin dan Kerajaan Gowa.

Berita Lainnya  Desa Galuga Kabupaten Bogor, Keindahan Alam yang Menakjubkan di Kabupaten Bogor, Aliran Sungai yang Indah Membuat Mata Terpesona

2. Kerja Sama Militer :
Arung Palakka memimpin pasukan Bugis.
Kapiten Jongker memimpin pasukan Ambon.
Dalam Pengepungan Benteng Somba Opu selama 6 hari di tahun 1669, mereka berperan penting dalam menembus pertahanan Makassar. Taktik gabungan mereka dianggap sebagai salah satu faktor keberhasilan VOC dalam Perang Makassar. Arung Palakka, pernah tinggal dilingkungan kerajaan Gowa-Tallo sehingga tahu seluk beluk dan kelemahan Benteng Somba Opu di tambah dengan Kapiten Jongker dan pasukan Ambonnya yang sangat loyal dan setia kepada VOC, kedua pasukan aliansi ini menyerang melalui darat sedangkan pasukan VOC menyerang dengan tembakan meriam yang tiada henti dari arah sungai dan laut yang berada di sekitar Benteng Somba Opu.

3. Hubungan Personal :
Banyak catatan VOC menyebut bahwa Arung Palakka dan Kapiten Jongker memiliki rasa saling hormat, bahkan dianggap sebagai sahabat seperjuangan. Mereka sering berkoordinasi langsung, bahkan beberapa laporan menyebut mereka berbagi tenda komando dan makan bersama di sela perang.

Berita Lainnya  Desa Galuga Kabupaten Bogor, Keindahan Alam yang Menakjubkan di Kabupaten Bogor, Aliran Sungai yang Indah Membuat Mata Terpesona

4. Akhir dari Persahabatan :
Setelah kemenangan VOC dan penandatanganan Perjanjian Bungaya (1669), Kerajaan Gowa ditundukkan dan Arung Palakka diangkat sebagai Raja Bone.
Kapiten Jongker melanjutkan kiprah militernya bersama VOC ke medan lain. Namun setelah pertempuran besar itu, nama Kapiten Jongker tidak banyak lagi disebut dalam sejarah Bugis, sementara Arung Palakka justru menjadi tokoh dominan.
Persahabatan mereka pun menghilang dari catatan, namun kisah mereka tetap hidup sebagai gambaran unik tentang aliansi antar tokoh lokal dalam konteks penjajahan.

5. Catatan Penutup :
Kisah ini adalah contoh bagaimana sejarah tidak selalu hitam-putih. Dua tokoh dari daerah yang berbeda, dengan alasan berbeda, bersatu untuk tujuan yang sama—meski bekerja di bawah panji penjajah kolonial. Mereka adalah simbol dari realitas keras sejarah Nusantara: politik aliansi, dendam antar kerajaan, dan strategi bertahan hidup. Red (E.R.Kalauw )

Bagikan Artikel