Beranda Berita Internasional Sambut Musim Perburuan F-35 di Langit Yaman dan Detik-detik Kehancuran Mitologi Zionis

Sambut Musim Perburuan F-35 di Langit Yaman dan Detik-detik Kehancuran Mitologi Zionis

POROS PERLAWANAN || LINGKARAKTUAL.COM || – Hari-hari ini, langit Yaman tak lagi sunyi. Ia bersuara lantang, menggema hingga ke jantung poros kekuasaan musuh. Dalam sebuah siaran yang mengguncang fondasi geopolitik Kawasan, Ketua Dewan Politik Tertinggi Yaman, Mahdi Al-Mashat menyampaikan kabar yang menggetarkan: negeri para syuhada kini memiliki sistem pertahanan udara canggih yang mampu memburu dan menjatuhkan jet tempur siluman Amerika F-35, simbol supremasi langit Barat.

Ini bukan sekadar pernyataan. Ini adalah deklarasi zaman baru. “Dalam beberapa hari mendatang,” ujarnya kepada Al-Mayadeen pada Jumat 23 Mei, “kami akan mengubah pesawat musuh Zionis menjadi bahan ejekan.”

Ucapan itu hadir sebagai respons terhadap agresi militer Israel ke pelabuhan-pelabuhan strategis di Yaman, sebuah aksi nekat dari rezim yang harus menempuh ribuan kilometer langit permusuhan, membawa serta F-15 dan F-35 yang dikawal oleh pesawat pengisian bahan bakar Boeing 707. Namun kini, dari jantung Sanaa, satu pesan membelah angkasa, bahwa era dominasi udara Zionis telah usai.

Sebagian mungkin mencibir, menyebutnya sekadar retorika. Namun dalam dunia peperangan, kata-kata adalah senjata. Pernyataan ini adalah bagian dari perang psikologis yang tajam, menyasar perhitungan musuh hingga ke ruang strategi paling rahasia. Bila terbukti benar, ini adalah game-changer yang akan mengguncang tatanan langit buatan imperialisme.

Berita Lainnya  Buntut Perintah Pengosongan Gedung Pers, Wartawan Indramayu Nilai Bupati Lucky Hakim Arogan

Hal yang lebih mencengangkan, hanya beberapa hari sebelum pernyataan Al-Mashat, majalah The National Interest menerbitkan laporan bahwa hanya tiga negara di dunia yang mampu menandingi dominasi F-35: Rusia, China, dan… Yaman. Ini bukan satire geopolitik. Ini denyut kenyataan baru.

The New York Times bahkan pernah mengungkap bahwa saat kapal induk USS Harry Truman secara misterius keluar dari Laut Merah, keputusan itu diambil setelah negosiasi rahasia antara Pemerintahan Trump dan otoritas Yaman. Trump yang takut akan rudal Yaman dan ancaman terhadap armada F-35-nya, memilih mundur dalam diam. Ketika ditanya apakah Yaman akan menyerang Israel setelah gencatan senjata, Trump hanya menjawab: “Saya akan berbicara dengan kedua belah pihak.” Sebuah pengakuan implisit: kekuatan Yaman bukan sekadar spekulasi, melainkan realitas yang ditakuti.

Menjatuhkan F-35 bukan sekadar soal teknologi. Ia adalah soal keberanian.

Dalam dunia di mana Rusia dan China mungkin memiliki sistem senjata, tapi belum tentu nyali, Yaman telah membuktikan sebaliknya. Mereka tidak sekadar menargetkan kapal tanker atau kapal induk. Mereka menantang mitos keperkasaan udara Amerika Serikat. Mahdi Al-Mashat bahkan menantang dunia untuk menunggu beberapa hari ke depan, menyaksikan apakah janji itu ditepati.

Berita Lainnya  Polda Jabar bersama Polres Jakbar Ungkap Laboratorium Pembuatan Sabu Jaringan Internasional

Faktanya memang, sepanjang bulan Mei, hampir setiap hari rudal dan drone Yaman menyasar pusat-pusat vital Israel: bandara, pangkalan militer, bahkan Tel Aviv. Rezim Zionis tentu tak akan tinggal diam. Serangan balasan hanya soal waktu. Namun kali ini, Yaman tidak lagi tak bersenjata. Mereka memiliki sistem pertahanan udara yang bukan hanya baru, melainkan juga siap menuliskan babak sejarah.

Apa yang membuat Yaman berbeda?

Para analis sepakat bahwa menghadapi Yaman bukan sekadar soal militer, tapi soal karakter. Orang Yaman tidak menunggu. Mereka berinovasi di tengah embargo. Mereka tidak mengeluh. Mereka berjuang. Mereka menemukan solusi atas kapal induk Amerika. Kini, mereka menyatakan telah menemukan jawaban atas F-35, mahkota supremasi udara Barat.

Lebih dari itu, mereka memiliki apa yang pernah disebut oleh Bertrand Russell sebagai “keyakinan sepenuh hati”. Sebuah kekuatan iman, keberanian untuk menghadapi raksasa global dengan tangan kosong dan hati penuh tekad. Bahkan dalam kata-kata seorang analis Zionis: “Israel mengenal Lebanon dari titik ke titik. Namun tentang Yaman, kami hampir tidak tahu apa-apa.” Ketidaktahuan itu kini menjadi bumerang besar.

Jika F-35 benar-benar jatuh di langit Yaman, maka ini adalah fase baru dalam operasi psikologis global. Narasi resmi Amerika dan Israel mungkin akan menyebutnya sebagai “kecelakaan teknis”, seperti ketika tiga F-18 jatuh dan dikaitkan dengan rotasi taktis USS Harry Truman, bukan tembakan musuh.

Berita Lainnya  2 Pelaku Begal S4ladis di Medan Sunggal Didor, 6 Pelaku Lainnya Masih Diburu

Sementara itu, pembantaian terhadap warga sipil di Yaman dan Gaza akan terus meningkat, seperti biasa. Rezim Zionis akan kembali menggunakan tubuh anak-anak sebagai perisai politik dan alat tawar-menawar.

Namun ada satu skenario yang jauh lebih mengguncang: jika F-35 benar-benar jatuh, maka tak diragukan, Israel melalui Washington, akan merangkak dalam diplomasi senyap, sebagaimana Trump melakukannya dulu. Sebab ini bukan sekadar kekalahan militer, melainkan kehancuran simbol hegemonik.

Pernyataan Mahdi Al-Mashat bukan hanya kalimat politik. Itu adalah peluit babak baru. Ia tidak berbicara sebagai pemimpin lokal, melainkan sebagai wakil dari satu front global yang menolak tunduk pada tirani. Nada bicaranya penuh keyakinan. Penuh perhitungan, dan mungkin, juga penuh kejutan.

Di bawah langit Yaman yang menyala, bukan hanya rudal yang melesat. Sejarah sedang menulis dirinya sendiri.

Ketika teknologi tunduk pada tekad, dan pesawat siluman berubah menjadi bangkai besi di gurun para Mukmin, maka dunia akan mengerti. Ini bukan soal senjata. Ini tentang siapa yang rela mati demi kebenaran. [PP/MT]

(Redaksi)

Bagikan Artikel